Dari Abi Rafi’, dia bertanya,”Ya
Rasulullah, apakah ada kewajiban atas kita terhadap anak kita, sebagaimana
kewajiban anak kepada kita?”. Rasulullah SAW menjawab,”Ya, hak anak atas
ayahnya adalah diajarkan membaca, berenang dan memanah”. (HR Bukhari Muslim).
Sebagian kita, para Ayah mungkin sudah memenuhi 2
dari 3 kewajiban ayah kepada anak-anaknya yang tersebut dalam hadits diatas,
walaupun tidak secara langsung. Anak-anak kita sudah bisa membaca huruf latin
dan hijaiyah serta berenang melalui pendidikan di sekolahnya. Yang masih kurang
adalah memanah. Kenapa Rasulullah SAW memerintahkan para Ayah tuk mengajari
anak-anaknya memanah? Kenapa bukan olah raga yang lain?
Nabi SAW menafsirkan Al Quwwah pada ayat; “Dan
siapkanlah untuk menghadapi mereka, kekuatan (Al Quwwah) apa saja yang kamu
sanggupi (QS. Al-Anfal: 60)”, dengan menyatakan; “Ketahuilah! Sesunggunya
kekuatan (Al Quwwah) itu adalah memanah (Al Ramyu). Ketahuilah! Sesunggunya
kekuatan itu adalah memanah. Ketahuilah! Sesunggunya kekuatan itu adalah
memanah! (HR. Muslim)”.
“Al-Quwwah” itu berarti kekuatan, namun
kata “Al-Quwwah” di sini berbentuk isim nakirah untuk menunjukan keumuman
sehingga mencakup segala bentuk jenis kekuatan, baik itu kekuatan sains dan
teknologi, kekuatan politik, kekuatan harta, kekuatan senjata, hingga kekuatan
fisik, begitu menurut DR. Wahbah Zuhaili. Hal ini senada dengan yang
disampaikan oleh Profesor Abdul Fattah El Awasi, seorang profesor yang
mendedikasikan dirinya untuk meneliti tentang Baitul Maqdis Palestina. Prof El
Awasi menyampaikan pada Kuliah Umumnya di Unversitas Negeri Yogyakarta pada
Bulan Agustus 2017 yang lalu, bahwa Al Quwwah pada ayat tersebut diatas berarti
2 kekuatan, yaitu “Hard Power” dan “Soft Power”. Hard Power atau kekuatan keras
ini contohnya adalah kekuatan fisik, ekonomi hingga militer dalam skala negara,
sedang Soft Power atau kekuatan lembut ini contohnya adalah kekuatan
kecerdasan, semangat juang hingga kelihaian diplomasi dalam skala negara.
Apakah memanah bisa meningkatkan hard power dan
soft power anak-anak kita dan kita sendiri juga? Dalam buku “Membidik Karakter
Hebat; Calm-Fokus-Brave-Win” karya Coach Defrizal Siregar (Pelatih Panahan) dan
Bunda Yessy Yanita Sari (Doktor dalam Bidang Pendidikan), yang
mengulas tentang aktivitas memanah dan dikaitkan dengan parenting. Ternyata
dibalik aktivitas memanah, terdapat banyak sekali rahasia dalam mendidik dan
mengembangkan karakter anak. Manfaat memanah diantaranya adalah :
1. Melatih Kecerdasan Spiritual
2. Menyehatkan Badan
3. Meningkatkan Kecerdasan
4. Sebagai Sarana Hiburan
5. Mengubah Pola Pikir
6. Mengendalikan Diri
7. Meningkatkan Ketangguhan Mental
8. Meningkatkan Kepercayaan Diri
9. Memberikan Sebuah Rasa Pencapaian
10. Mengajarkan Anak Mencapai Tujuan
11. Sesuatu yang Hebat (Identik dengan sosok
Hero)
“Tenang tak mudah berang. Fokus
pertanda serius. Berani menunjukkan jati diri. Menang agar berjuang.” (Coach
Defrizal)
Ada empat karakter yang bisa dilatih melalui aktivitas memanah pada
anak-anak. Artinya aktivitas ini merupakan aktivitas character building yang
baik dilakukan. 4 karakter tersebut, yaitu:
- Calm
“Tenang”, Ketenangan diperoleh dari pengendalian diri. Seorang pemanah
akan bisa memanah dengan baik jika ia tenang terlebih dahulu. Dalam hal
ini, seseorang juga belajar untuk tidak mudah untuk reaktif, emosional,
sehingga mampu mengendalikan hawa nafsu.
- Fokus
adalah karakter yang juga dibangun dari aktivitas memanah. Aktivitas
memanah ini juga membutuhkan kefokusan dan tidak mudah terganggu dengan
hal lainnya. Jika otak memfokuskan pada satu aspek, maka keberhasilan akan
dicapai
- Brave
“Berani”. Menarik busur panah tentu saja membutuhkan keberanian. Jika
tidak ada keyakinan dan keberanian maka busur tidak akan terlepas dan
tidak akan sampai pada titik target.
- Win “Menang” adalah harapan semua orang. Untuk itu dari aktivitas panahan, kita bisa melatih anak untuk bisa berusaha dan berjuang agar ia bisa mendapatkan apa yang diharapkan sesuai dengan tujuan. Saat melepaskan busur panah tentu saja untuk sampai pada titik yang dituju adalah sesuatu yang diharapkan. Dan saat itulah kemenangan dicapai.
Dalam jatuh bangun, silih bergantinya negara super power dunia, tercatat dengan tinta emas, bagaimana mendidik anak untuk mahir memanah sejak dini ini telah menjadikan sebuah bangsa yang awalnya adalah para budak, muncul di panggung sejarah menjadi super power dunia. Bangsa itu adalah Dinasti Mamalik Mesir yang berjaya mengalahkan 2 super power dunia kala itu, yaitu Pasukan Mongol dari timur dan Pasukan Salib Eropa dari barat pada kurun abad ke-13.
Bagi yang tak tuntas
membaca sejarah, maka mungkin akan mengira bahwa Sholahuddin lah yang mengalahkan
dan mengusir seluruh Pasukan Salib dari negeri Syam. Pasukan Salib setelah
menduduki tanah Syam, mereka mendirikan 4 Kerajaan, yaitu: Edessa, Antiokhia,
Yerusalem dan Tripoli. Nuruddin Zanki yang terlebih dahulu membebaskan Edessa.
Kemudian penerusnya, Sholahuddin berjasa besar membebaskan Yerusalem, namun
sampai ia meninggal, masih ada 2 kerajaan pasukan salib yang berdiri di Syam.
Anak-anak Sholahuddin yang mewarisi Dinasti Ayubiyah tak ada yang sekaliber
Sholahuddin dan tak mampu meneruskan cita-cita para pendahulunya untuk mengusir
seluruh pasukan salib dari bumi Islam.
Pada zaman Dinasti
Ayubiyah yang berkedudukan di Mesir inilah, didatangkan orang-orang dari Asia
Tengah, kebanyakan dari bangsa Turk, mereka adalah para mamalik atau mamluk (budak
dari kasta ksatria). Meraka dididik agama Islam dan kemiliteran, bahkan sejak
mereka anak-anak, karena status mamluk ini terus melekat pada anak keturunanya.
Pelajaran yang wajib didapat oleh anak-anak mamluk adalah memanah dan berkuda,
kehidupan sehari-hari mereka diisi dengan latihan-latihan ketentaraan,
permainan anak-anak mereka pun adalah memanah. Dalam kitab “Arab Archery”
disebutkan bahwa cara melatih ketepatan panah mereka adalah dengan menancapkan
sebilah belati yang bagian tajamnya menghadap ke pemanah, kemudian dari jarak
tertentu memanah sasaran belati tersebut sehingga panah mereka terbelah dua. Jadilah
mereka para kstaria muslim yang ahli memanah dan berkuda yang hebat.
Pada tahun 1258,
Pasukan Mongol dibawah Hulagu Khan membumihanguskan Baghdad, ibukota Khalifah Abbasiyah.
Hampir seluruh Asia dan Eropa ditaklukan oleh pasukan Mongol. Semua bumi Islam
direbut oleh Mongol, kecuali Mesir yang kala itu diperintah oleh keturunan
Sholahuddin yang lemah. Dan saat itu, 2 kerajaan salib di Syam masih eksis.
Melihat ancaman dari Mongol, maka panglima para mamalik di Dinasti Ayyubiyah,
yaitu Qutuz dengan restu Ulama mengambil jabatan Sultan dan mengganti Dinasti
Ayyubiyah dengan Dinasti Mamalik.
Sultan Qutuz
memimpin pasukan Mamalik yang ahli berkuda dan memanah ini untuk mencegat
pasukan Mongol di Ain Jalut, Palestina. Pasukan Mongol dikenal sebagai para
penunggang kuda dan pemanah ulung, dan dengan kemampuan itu pula mereka
berhasil menaklukan banyak negeri. Namun akhirnya mereka harus kalah dengan
para ksatria muslim mamalik yang sejak kecil telah dilatih memanah dan berkuda.
Disamping kekuatan fisik dan skill memanah berkuda yang prima, kemenangan
gemilang Islam ini karena juga kecerdasan strategi pasukan mamalik. Ya,
begitulah, memanah meningkatkan Hard Power dan Soft Power!
Tak berhenti disitu
saja, setelah mengalahkan mongol, penerus Sultan Qutuz yaitu Sultan Baibars,
meneruskan cita-cita Sholahuddin mengusir seluruh pasukan salib dari bumi
Islam. Maka dengan para ksatria muslim mamalik nya, Sultan Baibars berhasil
membebaskan Anthiokia. Kemudian setelah Baibars wafat, digantikan oleh Sultan
Qalawun menargetkan membebaskan Tripoli. Namun ketika hampir sampai Tripoli ia
wafat, digantikan anaknya Al Khalil. Ia berhasil membebaskan Tripoli dengan
membebaskan ibukotanya, Acre dari pasukan salib. Setelah 2 abad bercokol di
Bumi Islam, pasukan salib akhirnya bisa diusir total oleh para ksatria mamalik.
Ya, para Ksatria Muslim Mamalik, yang dahulunya para budak ini, para ahli
memanah sejak kecil ini menjadi Pahlawan Dunia Islam, mengalahkan 2 Super Power
Dunia yang menjajah negeri Islam, yaitu Mongol dan Eropa kala itu.
Apa kelebihan teknik
memanah mamluk dengan mongol sehingga mongol kalah? Salah satu kelebihan teknik
memanah mamluk, menurut saya adalah; Kuat, Cepat, Beruntun, Tepat. Ini dibuktikan
oleh Pemanah yang memegang rekor memanah tercepat, yaitu Cozmei Mihai, Juara I
Dunia 2014 Horseback Archery asal Rumania. Ia pemanah yang menggunakan teknik
mamluk; memakai busur horsebow dan menarik string dengan jempol atau thumdraw.
Ia membukukan 10 tembakan anak panah dalam waktu 15,1 detik saja, sehingga
rata-rata 1 tembakan anak panah hanya perlu waktu 1,5 detik saja.
Apa pula kelebihan
panahan mamluk dengan panahan pasukan salib? Ini terletak pada busurnya.
Panahan mamalik menggunakan Horsebow sedang panahan pasukan salib menggunakan
Longbow. Horsebow lebih pendek, sehingga bisa digunakan diatas kuda dan dibawa
berlari, namun tetap memiliki kekuatan lontaran yang kuat. Sedang Longbow
sangat panjang, hanya bisa digunakan sambil berdiri dan tidak fleksibel dibawa.
Horsebow lebih fleksibel, bisa digunakan sambil berkuda, dengan duduk, bahkan
jongkok. Dalam kitab Arab Archery diceritakan bahwa Pemanah Turki Saljuk ketika
jatuh dari kudanya, sebelum jatuh ke tanah, ia sempat menembakan anak panahnya
ke sasaran.
Di Malaysia juga ada
seorang Coach Panahan teknik Mamluk, yaitu Tuan Guru Akmal Dahlan, Juara III
Dunia Panahan Tradisional, pendiri Ladang Amal Warisan, tempat latihan memanah
dan berkuda di Negeri Sembilan, Malaysia. Bagaimana dengan Indonesia? Di
Indonesia, kurun 5 tahun terakhir, perkembangan olahraga panahan meningkat
pesat, panahan modern maupun panahan tradisional. Kita ingat, dulu Indonesia
mendapat medali pertama kalinya di olimpiade Seoul 1998 lewat cabang panahan,
namun prestasi itu kini belum terukir kembali. Namun di panahan tradisional,
baru saja mendapat prestasi membanggakan. Pemanah Horsebow dari Aceh, Firman Sabdurahman
menyabet Juara III Dunia lomba panahan tradisional Fetih Kupasi di Turki pada
Mei 2018 kemarin dengan mengalahkan Pemanah Inggris. Sabdurahman menggunakan
Horsebow, sedang pemanah Inggris menggunakan Longbow.
Ternyata horsebow
ini sudah dipakai sejak dulu oleh para leluhur kita. Sultan Yogyakarta meninggalkan beberapa pusaka, salah satunya adalah busur panah horsebow dan
quiver (sarung anak panah), kemungkinan milik dari Hamengkubuwono I, pendiri Kasultanan Yogyakarta. Dan saat ini perkembangan panahan tradisonal
horsebow juga sangat pesat di daerah Mataraman yaitu Jogja, Klaten dan Solo,
meneruskan tradisi para Satria Mataram.
Begitu para Ayah. “Siap
mengajari anak-anak kita memanah agar mempunyai Al Quwwah, Hard Power dan Soft
Power?” Sebelum mengajari anak-anak memanah yang menjadi hak mereka, maka mari kita
dulu yang belajar memanah. Bangsa Indonesia mempunyai Gen "Titis". Titis adalah bahasa jawa yang berarti kemampuan untuk tepat dalam mengenai sasaran. Ini terbukti TNI AD kita juara Dunia Menembak 10 Tahun berturut. Artinya kita punya bakat untuk memanah dan insyaAllah bisa menjadi juara dunia memanah mengharumkan nama bangsa. Mari mulai berlatih memanah. Bismillah !
Mataram Jogja, 13
Juli 2018
Surono Sorengpati
AL QUWWAH ADA DI OLAHRAGA MEMANAH; MEMBANGUN HARDPOWER DAN SOFTPOWER
4/
5
Oleh
sorengpati